Tentang Sekolah

Source: https://www.google.co.id/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fi.ytimg.com
Apa yang kamu ingat tentang sekolah? Teman yang banyak-kah? Pelajaran yang sulit-kah? Guru yang baik hati? Momen Porseni? Atau panas-panasan saat upacara? Silahkan diingat kembali😊. Ceritanya akan sangat panjang :) Bahkan 1 halaman essay pun tidak cukup jika diminta bercerita tentang sekolah.   

Disadari atau tidak, sekolah juga punya impact dalam membentuk diri kita yang sekarang. Kamu yang kini jadi pribadi tangguh dan pantang menyerah, boleh jadi itu adalah hasil bentukan dari berbagai tempaan semasa sekolah. TK, SD, SMP, SMA, bahkan kuliah. Semua punya warna tersendiri. Semua punya ujiannya masing-masing. Semua punya kisahnya masing-masing. Beda masa beda kisah.

Alhamdulillah.. Akhirnya bisa sekolah di tempat yang "jika diurutkan namanya", maka akan membentuk susunan angka cantik, 1--7--17 (ini cantik menurut saya ya✌):
>>1 mewakili nama SD, SD Negeri Layang 1 Makassar
>>7 mewakili nama SMP, SMP Negeri 7 Makassar, dan 
>>17 mewakili nama SMA, SMA Negeri 17 Makassar

1--7--17 angka cantik.. Emang penting?😏 *smirking face. Sebenarnya bukan itu poinnya. Poinnya tentang kebebasan bercita-cita dan proses memperjuangkannya. Siapapun berhak punya cita-cita. Siapapun tanpa terkecuali. Selama itu baik dan realistis, maka perjuangkanlah. Asal jangan (cita-cita yang) halu😅 Kembali ke 1--7--17, bagian tersulit adalah yang terakhir, SMAN 17. Bukan cita-cita yang mudah untuk masuk ke sana. SMAN 17 ini termasuk sekolah unggulan, sementara SMP saya (waktu itu) belum termasuk kategori sekolah unggulan (tapi alhamdulillah tetap bangga bisa sekolah di sana). Kata guruku waktu itu, dari tahun ke tahun hanya 1 siswa dari SMPN 7 yang berhasil lolos masuk SMAN 17 (1 angkatan hanya 1 orang). Akan lebih mudah jika kita asalnya dari SMP unggulan kemudian ingin masuk SMA unggulan. Kebanyakan begitu. Sedemikian rumitnya sehingga seleksinya ibarat menggenggam pasir. Artinya saya ini diumpamakan seperti satu dari sekian banyak butiran pasir itu. Mesti siap-siap tergenggam atau terlepas. Sad fact-nya adalah.. pasir mudah terlepas lewat sela-sela jari dan hanya sedikit pasir yang tergenggam.

Masih tentang sekolah, perjuangan masa sekolah itu ada suka-dukanya. Dulu ketika saya sedang dalam fase persiapan masuk SMA, saya "dipertemukan" dengan manusia julid. Singkat cerita, ada seorang tetangga yang tiba-tiba datang ke rumah. Tanpa ba-bi-bu langsung bertanya ke mama dengan dialek khas Makassarnya, "Kelas 3 mi Dewi di', di mana mau lanjut?". Jawab mama, "Insyaa Allah di SMA 17". Hening sesaat, lalu tante itu melanjutkan pertanyaannya, "Adaji itu yang pegang anakta'?" Maksudnya: apakah saya punya "orang dalam" atau tidak. Entah ini bentuk simpati atau apa, tapi jujur saya TIDAK SUKA pertanyaannya. Pegangan? Orang dalam? Wah.. keterlaluan. Saya rasa itu tidak layak jadi pertanyaan. Merespon itu, saya hanya memilih DIAM. Memang bukan hal mudah, tapi insyaa Allah saya akan berusaha semampu saya, tanpa harus mengandalkan "orang dalam". Hari itu mama saya tersenyum sesaat lalu dengan tenang menjawab "Tidak ada". Lalu tante itu menimpali lagi "Aii, susahmi itu". Dan akhirnya julidnya nampak. Jadi gemas😡 Perkataannya terkesan menjatuhkan semangat. Emosi mulai klimaks, tapi tetap harus SABAR. Toh marah dan berkata kasar tidak akan ada gunanya. Nirfaedah, alias tidak ada faedahnya. Mama pun sekali lagi hanya tersenyum. Alhamdulillah mama selalu memberi dukungan penuh pada anaknya, tidak memilih opsi "jalan pintas" ketika ada hal besar yang ingin dikejar.
Sejak hari itu saya lebih serius, bukan karena kecewa dengan perkataan manusia julid. Bukan. Biarkan itu jadi angin lalu. Saya harus serius dan fokus karena ini tentang cita-cita saya, tentang hidup saya. Memang bukan jalan yang mudah. Cita-cita besar harus diikuti ikhtiar yang sama besarnya. Allah Yang Maha Tahu betapa sulitnya dulu. Detik-detik akhir perjuangan saya sempat drop, maag kambuh. Sakit. Saking drop-nya sampai check-up ke dokter, tapi alhamdulillah tidak butuh rawat inap. Mungkin jiwa sudah semangat 45, tapi fisik akhirnya minta ampun. Astaghfirullah..  

Satu hal penting yang saya ingat juga adalah pesan guru saya, kalimatnya kurang lebih seperti ini "Kalau ingin sesuatu harus diniatkan dalam hati, tuliskan di atas kertas, lalu ucapkan dengan sungguh, jadikan sebagai doamu. Insyaa Allah alam semesta akan bersatu membantumu meraihnya". Percayalah pada The Power of Mestakung (Semesta Mendukung). 

Dan setelah sekian banyak badai, Alhamdulillah atas izin Allah, saya lulus di SMAN 17 Makassar.. 

1-7-17💓

Comments

  1. Masya Allah.. cocokloginya keren bingit 1 7 17. sekolah dn tgl lahir yg samaan.. takdir memang suka bercanda yak hehe.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Adik Kembar

Hey, I'm Back

De-haviour^^