Adik Kembar
Rindu adik kembarku. Apa kabarnya ya?
18 Desember 2002, tepatnya sekitar 17 tahun lalu, adikku lahir. Lebih
tepatnya, adik-adikku. Alhamdulillah lahir 2 sekaligus. Yap, mereka kembar😊. Namanya Ipul
dan Zul. 17 tahun lalu saya masih TK, masih bocah. Masih teringat jelas ketika
mama di rumah sakit (karena sudah detik-detik kelahiran si kembar), jadinya ayah yang menggantikan peran mama di rumah untuk
sementara. Ayah menemani kami, memastikan kami sudah mandi dan makan. Malam harinya, kami (saya dan kakak) diajak ayah ke rumah sakit untuk
menjenguk mama dan anggota keluarga baru kami. Setibanya di rumah sakit, mama
menyambut kami dengan senyuman. Betapa sumringahnya mama, mungkin itu kombinasi
antara ekspresi bahagia dan lega.
Keesokan harinya kami datang
lagi. Suasana berubah 180 derajat. Saya bingung, kenapa mama nangis? Padahal kemarin kami masih tertawa
bersama. Mengapa hari ini hening? Mengapa ayah menggendong dek Zul tapi tidak ada gerakan sama sekali? Apakah dek Zul sedang tidur? Lalu kami pulang bersama dek Zul. Anehnya, mengapa mama dan dek Ipul tidak ikut pulang? Ada apa yah?
Siangnya, rumah jadi makin ramai.
Sanak keluargaku datang. Tetangga datang. Teman-teman kantor ayah pun ikut datang. Teman-teman sebayaku langsung menghampiri seperti biasanya, mengajakku bermain dan tertawa bersama. Tapi mengapa om-tante itu pada menangis? Di kepala anak umur 5 tahun sepertiku
waktu itu mungkin belum mampu mencerna semuanya. Sebenarnya apa yang terjadi?
Berikutnya kami berangkat bersama. Ayah dan Dek Zul naik di mobil yang berbeda dengan saya. Sementara keluarga dan teman-teman kantor ayah mengendarai kendaraan masing-masing. Saya
ikut di mobil truk keluarga. Saya dibantu naik ke bak (bagian belakang) mobil bersama teman-teman lainnya.
Bagian ini yang paling disukai anak kecil. Serasa di atas awan. Saya senaaaaang sekali bisa naik bak
truk. Kami hanya tertawa bersama. Yang kami tahu, kami sedang jalan-jalan bersama, tanpa tahu akan ke arah mana.
Hingga tiba saatnya kami turun
dari mobil truk. Kami dibantu turun satu per satu. Loh kok ke kuburan? Dari
jauh saya lihat ayah masih menggendong dek Zul, tapi dek Zul dibalut kain putih. Apa itu kain kafan? Pelan-pelan
mulai jelas.
Suasana pemakaman dek Zul (yang jongkok itu ayah)
Ternyata dek Zul bukannya pulang
ke rumah, melainkan kembali pada Allah. Umurnya baru 1 hari. Lahir hari Rabu, 18 Desember 2002. Lalu meninggal di hari Kamis, 19 Desember 2002. Kamis itu jadi
Kamis Duka Cita bagi kami sekeluarga. Bayi mungil yang baru saja melukis senyum di wajah kami itu kini harus pergi meninggalkan kami. Secepat itu Yaa, Allah😢
Adik-adikku lahir prematur. Mereka
lahir di usia kandungan ke-7 bulan. Karena itu, dek Ipul masih harus tetap
tinggal di dalam inkubator rumah sakit meskipun mama sudah diizinkan pulang
oleh dokter. Masih bayi begitu dek Ipul sudah harus belajar LDR. Jika boleh tinggal
di rumah sakit, mungkin kami memilih itu, karena jarak antara rumah tempat kami
tinggal dengan rumah sakit bukanlah jarak yang dekat. Tiap hari kami berangkat
bersama mengunjungi dek Ipul untuk sekadar mengantarkan ASI dan melepas rindu.
Hingga tiba saatnya adik
diizinkan pulang ke rumah. Kami bahagia luar biasa💓 Alhamdulillah akhirnya
anggota keluarga baru kami resmi tinggal di rumah👪. Dialah makhluk kecil yang
punya daya tarik besar, mengalahkan daya tarik bumi. Tidak ada bosan-bosannya
kami bermain dengan dek Ipul. Dia dalam kondisi tidur pun tetap menggemaskan.
Beberapa hari kemudian, dek Ipul
kurang sehat, dia pilek. Mama cemas dan segera menghubungi tante perawat. Ada seorang perawat rumah sakit (tempat
mama melahirkan) yang biasanya datang ke rumah. Mungkin karena dek Ipul bayi prematur
sehingga tante perawat itu sesekali datang untuk memeriksa kondisinya + mengedukasi mama. Dia
yang selalu membantu mama merawat dek Ipul.
Suatu hari, tante perawat itu
datang lebih cepat dari biasanya. Shubuh. Saya baru bangun tidur tapi tante
perawat itu sudah di rumah. Dalam kondisi masih setengah sadar, saya melihat
mama menangis sambil mencium dek Ipul. Kenapa dicium sambil nangis? Apa yang
terjadi?
Saya mendekati mama dan mama menyuruhku untuk mencium dek Ipul. Pelan-pelan saya mencium keningnya. Dek Ipul😢 Dia seperti sedang tidur, tapi kali
ini tidurnya akan sangat panjang. Dek Ipul telah pergi menemui dek Zul di
alamnya. Kedua adikku pergi selama-lamanya. Meninggalkan kami. Menyisakan rindu abadi bagi kami. Mereka meninggalkan kami di hari yang sama, meski pada tanggal yang berbeda. Mungkin itu yang unik dari kalian dek, lahir di hari yang sama, kemudian juga pergi di hari yang sama.
Ini adalah Kamis Duka Cita yang kedua. Pelan-pelan
rumah mulai ramai lagi. Kembali riuh dengan isak tangis. Seperti waktu itu.
Setelah hari itu dan seterusnya,
kami selalu dan akan selalu mengenang dek Ipul-Zul dalam doa. Mereka masih amat sangat
kecil, belum tercemar dosa. Mungkin kelak mereka yang akan menyambut mama dan
ayah, memberi sambutan terbaik. Allahu a’lam..
Pasti sangat sulit bagi mama melewati duka itu. Sedih yang teramat sangat. Mengandung
dua anak sekaligus selama 7 bulan lamanya, lalu dalam waktu sekejap nikmat itu
diambil kembali. Dari situ saya belajar banyak hal. Belajar bahwa kematian itu tidak
mengenal usia, bahkan yang masih teramat kecil pun akan kembali pada Allah jika sudah
waktunya. Bahwa segala nikmat ini hanya titipan, sewaktu-waktu bisa diambil
meskipun kita tidak menginginkannya. Bahwa hidup akan terus berjalan. Kami harus tetap melanjutkan hidup dan belajar tegar menghadapi segala ujian.
Semoga kelak Allah Subhanahu wa
Ta’ala mengizinkan kami sekeluarga bertemu dan bersama di surga-Nya. Aamiin Allahumma
Aamiin~
![]() |
We love you forever, Twins💓 |
Comments
Post a Comment